Dalam beberapa bulan terakhir, Hong Kong diguncang gelombang protes dan demonstrasi menentang pemerintah dan kebijakannya. Gerakan yang dikenal dengan nama No HK ini mendapatkan momentum dan dukungan luas dari masyarakat Hong Kong.
Protes ini dimulai pada bulan Juni 2019 sebagai tanggapan terhadap rancangan undang-undang ekstradisi kontroversial yang memungkinkan seseorang diekstradisi ke daratan Tiongkok untuk diadili. Banyak penduduk Hong Kong melihat hal ini sebagai ancaman terhadap otonomi mereka dan khawatir hal ini akan mengikis kebebasan sipil kota tersebut. Akibatnya, jutaan orang turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan mereka terhadap RUU tersebut dan menuntut penarikannya.
Meskipun ada upaya pemerintah untuk meredam protes melalui tindakan keras dan penangkapan polisi, gerakan ini semakin kuat. Para pengunjuk rasa terus berkumpul dalam jumlah besar, melakukan aksi duduk, pawai, dan unjuk rasa di seluruh kota. Mereka juga menggunakan taktik kreatif, seperti membentuk rantai manusia, menyanyikan lagu protes, dan menggunakan laser untuk mengganggu kamera pengintai.
Gerakan No HK tidak sebatas RUU ekstradisi saja. Para pengunjuk rasa juga menyerukan kebebasan demokratis yang lebih besar, penyelidikan independen terhadap kebrutalan polisi, dan pengunduran diri Kepala Eksekutif Carrie Lam. Mereka menuntut akuntabilitas dari pemerintah dan berupaya melindungi status unik Hong Kong sebagai wilayah semi-otonom di Tiongkok.
Meningkatnya perlawanan di Hong Kong telah menarik perhatian dan dukungan internasional. Politisi, aktivis, dan selebritas dari seluruh dunia telah menyuarakan solidaritasnya terhadap para pengunjuk rasa, mengutuk taktik keras pemerintah dan mendesak penyelesaian krisis secara damai.
Terlepas dari tantangan dan risiko yang ada dalam protes, masyarakat Hong Kong tetap teguh dalam komitmen mereka untuk membela hak dan kebebasan mereka. Mereka bersatu dalam keyakinan bahwa suara mereka harus didengar dan mereka tidak akan mundur sampai tuntutan mereka dipenuhi.
Ketika gerakan No HK terus mendapatkan momentumnya, jelas bahwa masyarakat Hong Kong bertekad untuk memperjuangkan masa depan mereka dan nilai-nilai yang mereka junjung tinggi. Dunia sedang memperhatikan hal ini, dan tekanan terhadap pemerintah semakin meningkat untuk mendengarkan suara warganya dan bertindak demi kepentingan terbaik mereka. Hanya waktu yang dapat membuktikan bagaimana perjuangan ini akan terjadi, namun satu hal yang pasti – semangat perlawanan di Hong Kong masih hidup dan sehat.